Slider

PERKEMBANGAN HUNIAN VERTIKAL KOTA MEDAN

PERKEMBANGAN HUNIAN VERTIKAL KOTA MEDAN

Lita Hanatri, ST dan Dr.Ir.Matius Jusuf ,MM,MBA

Mahasiswa dan Dosen Magister Manajemen Properti dan Penilaian, Pasca Sarjana USU

 

Belakangan ini pembangunan apartemen di Indonesia semakin meningkat karena perubahan gaya hidup, keinginan untuk menunjukkan kelas sosial,  dan untuk berinvestasi.

 Medan merupakan kota metropolitan yang menjadi destinasi utama masyarakat di pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara untuk mengejar masa depan. Para pendatang dari luar kota Medan berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota provinsi Sumut ini. Hal ini menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Karena kurangnya lahan yang tersedia di pusat kota Medan, para pengembang membangun banyaknya perumahan secara horizontal di daerah pinggiran kota Medan.

Namun saat ini, penduduk yang mempunyai tempat tinggal di daerah pinggiran kota Medan cukup banyak yang ingin tinggal di pusat kota disebabkan oleh banyaknya permasalahan yang mulai bermunculan. Jarak tempuh yang cukup jauh antara rumah dengan tempat kerja, kemacetan yang harus dihadapi setiap harinya dan mahalnya bahan bakar menjadi permasalahan utama yang menjadi bahan pertimbangan untuk tinggal di daerah pinggiran Medan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif yang dapat diambil adalah kembali tinggal di pusat kota dengan aksesbilitas yang dekat dengan tempat melakukan aktifitas setiap harinya. Melihat semakin padatnya lahan untuk pemukiman di Ibukota dan tingginya harga tanah yang menuntut pemanfaatan tanah secara optimal, maka salah satu solusi terbaik adalah dengan membangun hunian secara vertikal.

Hunian vertikal apabila ditinjau dari segi etimologisnya terdiri dari 2 kata yakni hunian dan vertikal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hunian” berarti tempat tinggal atau kediaman, sedangkan “vertikal” berarti tegak lurus dari bawah ke atas atau kebalikannya. Dari dua arti kata tersebut, maka hunian vertikal adalah suatu tempat tinggal yang dikonfigurasikan secara tegak lurus dari permukaan bumi. Perkembangan hunian vertikal mulai muncul untuk menjawab keterbatasan lahan dan sebagai pemenuhan kebutuhan ruang.

Hunian vertikal secara umum memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hunian di perkotaan yang terus meningkat seiring berkembangnya pertumbuhan penduduk. Ada beberapa macam tipologi hunian vertikal yang sering dijumpai di daerah perkotaan seperti apartemen, kondominium, dan rumah susun.

Jenis hunian vertikal ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat. Apartemen merupakan suatu hunian vertikal yang menggunakan sebagian kecil dari bangunan sehingga dalam satu buah bangunan dapat terdiri dari ratusan unit apartemen. Sistem apartemen awalnya hanya dapat disewakan, namun sekarang apartemen dapat dibeli beserta dengan tanahnya. Apartemen saat ini dikelola oleh pengusaha properti baik secara individual maupun korporasi. Jenis apartemen pun beragam seperti Garden Apartment, Walked-Up Apartment, Low-Rise Apartment, Medium-Rise Apartment, dan HighRise Apartment. Saat ini apartemen banyak berkembang di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang mana kepemilikannya dapat diklaim

Saat apartemen belum berubah sistemnya, kondominium dan apartemen adalah jenis hunian vertikal yang berbeda. Kondominium pertama kali diperkenalkan di Italia. Dari segi etimologisnya, kondominium berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari 2 kata yakni “con” -- sama-sama dan “dominium” – kepemilikan atau pengendalian sehingga kondominium adalah hunian vertikal yang kepemilikannya dapat bersama-sama. Kondominium sebenarnya lebih mengarah ke hal kepemilikan sedangkan apartemen adalah bentuk fisik dari sebuah tempat tinggal vertikal. Menurut para pelaku properti, kondominium merupakan apartemen yang kepemilikannya dapat diklaim secara individual oleh penghuni. Penghuni dapat memakai, menyewa, hingga menjual kepada orang lain sedangkan penghuni apartemen tidak demikian. Seiring berjalannya waktu, 2 jenis hunian vertikal ini mulai sulit untuk dibedakan karena apartemen sekarang sudah dapat diklaim kepemilikannya. Sistem penggunaan fasilitas di apartemen dan kondominium tidak jauh berbeda dimana penghuni menggunakan dan mengelola fasilitas tersebut secara bersama-sama.

Jenis hunian vertikal ini adalah yang sedang digalakkan oleh pemerintah sekarang. Rumah susun diklaim memiliki jangkauan harga yang lebih rendah dibandingkan apartemen dan kondominium. Sistem kepemilikan di rumah susun juga beragam mulai dari sewa hingga milik sehingga terdapat 2 jenis rumah susun yakni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami). Jumlah lantai rumah susun tidak setinggi apartemen dan kondominium dan pengembangannya tidak hanya secara vertikal namun juga secara horizontal.

Perkembangan dunia semakin luas, akibat kemajuan teknologi, komunikasi, pendidikan, pembangunan yang semakin modern, tingkat sosial masyarakat pun semakin maju bahkan cenderung presticious. Hal itu membuat terjadi perubahan gaya hidup, perubahan ketertarikan, perubahan minat, perubahan selera yang membedakan status nya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial yang mereka miliki.

Dari sekian banyak sektor pembangunan di Medan, sektor properti memiliki perkembangan yang paling signifikan. Pada tahun 2016, kota Medan disejajarkan dengan kota-kota besar lain seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Balikpapan, Pekanbaru, Solo, dan Yogyakarta karena pertumbuhan sektor propertinya. Salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia, Agung Podomoro Land melalui Podomoro City Deli Medan misalnya, tengah merampungkan pembangunan apartemen terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, hotel dan perkantoran dalam satu kawasan superblock di atas lahan seluas 5,2 hektar.

Tidak hanya Podomoro City Deli, di kota Medan juga sudah dibangun beberapa apartemen yang mungkin sudah mengalami perkembangan yang cukup baik, seperti Royal Residence Apartement, The Wahid Private Residence, dan lain-lain. Hunian eksklusif vertikal yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung tersebut diharapkan dapat menciptakan hunian yang ideal dan memberikan kepuasan bagi para penghuni. Dekatnya jarak hunian dengan tempat kerja, sekolah/universitas, dan pusat perniagaan di kawasan Kota Medan diharapkan dapat memberikan efisiensi ruang, waktu, dan gerak yang tentunya secara langsung berdampak akan penghematan sumber daya alam, energi, dan peningkatan produktifitas penduduk.